Selasa, 20 Maret 2012

Monumen Pancasila Sakti


Monumen Pancasila Sakti
Monumen Pancasila Sakti adalah salah satu monumen paling bersejarah bagi keutuhan Negara Republik Indonesia yang terletak di Lubang Buaya, Pondok Gede atau dekat dengan Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Di sebelah selatannya terdapat markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah utaranya adalah Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, sebelah timurnya adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah baratnya, Taman Mini Indonesia Indah.
Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 14,6 hektar atas prakarsa Presiden ke-2 RI, Soeharto. Dibangun untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis.
Museum sejarah ini di dalamnya terdapat Monumen Pancasila Sakti, museum diorama (miniatur 3D untuk menggambarkan figur para pahlawan revolusi), sumur tua, sebuah ruangan relik, dan lapangan peringatan peristiwa sejarah itu.
Sebelum menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini merupakan tanah atau kebun kosong yang dijadikan sebagai pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia. Kemudian, tempat itu dijadikan sebagai tempat penyiksaan dan pembuangan terakhir para korban Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).
Di kawasan kebun kosong itu terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12 meter yang digunakan untuk membuang jenazah para korban G30S/PKI. Pada masa itu, tanah di seputar bibir sumur tua berdiameter 75 centimeter itu berwarna merah kecokelatan dan kering.
Bagian terdekatnya diberi terali besi bercat merah putih. Di sekelilingnya dipakaikan lantai marmer putih, dan tepat di atas lubang sumur itu tedapat cermin bergantung. Lewat cermin inilah pengunjung bisa menatap dasar sumur yang diberi lampu kecil (pelita).
Beberapa ruang masih tersisa di dalam area monumen ini seperti pusat pelatihan PKI, sumur pembuangan para korban dan Museum Diaroma. Museum Diorama ini berisi patung yang menggambarkan penyiksaan para korban TNI (Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Raden Suprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo, Haryono, Mayjen Siswondo Parman, Brigjen Donald Isaac Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo dan Lettu CZI Pierre Andreas Tendean hingga ruang relik berisi miniatur pemberontakan PKI di seluruh Indonesia.
Pemerintah melakukan aksinya untuk menghabisi komplotan PKI sehari setelah kejadian (1 Oktober 1965) dan mayat-mayat itu ditemukan pada 4 Oktober 1965. Operasi ini diawasi langsung oleh Soeharto dan kemudian ke tujuh perwira itu dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Timur yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi kejadian. Dengan adanya kejadian itu, setiap tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar